𝗞𝗶𝘁𝗮 𝗣𝗲𝗿𝗹𝘂 𝗞𝗲𝗸𝘂𝗮𝘁𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗞𝗮𝗹𝗮𝗵

Anda akan menemukan kita menaiki perahu lain dan mengarungi lautan yang berbeda. Kita akan berjalan di perempatan panjang yang memaksa kita terus berjalan tanpa bisa kembali menempuh perjalanan dalam satu jalur yang sama. Bagaimana jika hal itu terjadi setelah kita tahu bahwa satu-satunya hal yang bisa membuat kita senang berada di dunia adalah karena sebuah pertemuan yang tak sengaja?

Apakah nanti pertanyaan tadi akan berakhir pada sebuah tanda tanya lain atau malah bertemu pada titik yang menjadi ujung halaman ini.

“Kamu pernah berpikir seandainya kita tidak lagi sama besok hari?”

“Tidak, tidak sebelum saya khawatir atas pertanyaanmu barusan.”

“Tapi kita harus punya persiapan untuk persembahan.”

“Bagaimana kalau aku tidak mau? Karna aku mau perjalananku hanya di isi satu orang dan itu cuman kamu. Aku sudah tidak punya cukup cinta untuk ku habiskan bersama para lain, bersama jiwa lain, atau bahkan dengan kaki yang lain.”

“Mustahil, setiap perjalanan pasti ada ujungnya.”

“Dan kamu adalah ujungku.”

Kita tahu bahwa hal semacam kehilangan adalah konsekuensi paling jelas yang perlu kita pikirkan bahkan ketika seseorang baru memikirkan kata sapa. Tidak ada jaminan atau tenggat waktu yang bisa menggambarkan takdir atas nama perpisahan. Tidak ada.

Maka kini, tugas kita hanyalah bersiap dan memaklumi segala cara menyakitkan yang mungkin ada dalam bab terakhir sebuah cerita. Untuk aku dan kamu, yang mungkin ada pada sebuah jalan buntu entah besok, lusa, atau nanti.

Ditulis oleh Safiah Damayanti

Komentar

Postingan Populer