𝗔𝘆𝗼 𝗧𝘂𝗹𝗶𝘀 𝗣𝘂𝗷𝗶𝗮𝗻 𝗨𝗻𝘁𝘂𝗸𝗺𝘂 𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗜𝗻𝗶
𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭𝘪, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 y𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪?
Belakangan ini, aku banyak menghabiskan waktu di antara setumpuk kesibukan, sampai rasanya 24 jam yang selalu terasa panjang jadi memendek sehingga tidak cukup untuk menyelesaikan segalanya dalam kurun waktu yang ada.
Aku merasa bahwa satu raga saja tidak mampu mengejar berbagai hal di dunia penuh kontradiksi ini, bahkan untuk menyisihkan sebagian kecil ruang untuk diri sendiri saja aku lupa.
Aku berpikir, berbuat banyak hal untuk orang lain juga sama menyenangkannya. Saking fokusnya meracik berbagai macam jenis rasa senang untuk mereka, aku jadi lupa untuk menengok pada diriku sendiri dan bertanya ‘apa kamu juga sudah senang?’
Aku selalu ingin melihat orang-orang menjalani segala hal dengan mudah, tapi siapa yang akan membantu aku kala susah? Sepertinya jadi pamrih kalau aku meminta mereka semua melakukan hal sama. Sebab bukan bentuk baik seperti itu yang aku mau.
Beberapa hari lalu, aku tenggelam di antara keramaian yang mencekik. Merasa sendiri dan kesepian walau kebisingan memenuhi gendang telinga, jalan raya yang pada seolah menakutkan dan air mataku tidak dapat dibendung lagi. Aku juga tidak tahu alasan apa yang menginisiasi tangisan itu, apakah karena aku kepalang lelah dengan semua perasaan sepi itu? Ataukah karena aku baru menyadari bahwa pada akhirnya aku akan tetap berakhir sendiri?
Sulit, semuanya menyulitkan ketika kupikir ulang, sialnya semakin kuingat-ingat, sesaknya semakin parah terasa menghantam dada.
Jadi mungkin tidak apa-apa untuk sedikit lebih egois dari biasanya, sedikit serakah dengan tidak memberikan sesuatu yang aku suka hanya demi membuat orang lain senang tapi mengorbankan apa-apa yang kupunya. Siapa yang akan bermasalah dengan itu? Toh, aku juga akan selalu kembali mengadu pada diri sendiri akhirnya. Jadi seharusnya itu bukan masalah besar kan?
Maka, tulis pujian untukmu hari ini. Barangkali di sudut paling sepi yang lupa kamu jangkau karena selalu menoleh pada perasaan orang lain, ada dirimu sendiri yang minta diselamatkan dari cekikan erat. Jangan sampai karena terlalu sibuk mengingat kesukaan orang lain, kamu jadi tidak kenal apa yang sebenarnya kamu sukai. Sebab pujian dari diri sendiri nyatanya jauh lebih berharga dari seribu pujian lainnya yang pernah dilontarkan mereka semua.
Ditulis oleh Safiah Damayanti
Komentar
Posting Komentar