𝗦𝘂𝘄𝘂𝗻𝗴

Tak ada jemari yang saling bertaut, juga tak ada tatap yang saling bicara. Perasaan kita kadung berada dalam ruang yang enggan kita mengerti, meski kita sudah sama-sama rindu untuk berkhidmat kepada cinta lagi.

Setiap pagi, hanya ada aku dengan kaki telanjang, berjalan di dekat kembang yang menggigil karena pelukan malam. Setiap malam, hanya ada kau yang menghangatkan diri, melamun bersama petikan gitar dan secangkir kopi yang sehitam bola matamu.

Semakin hari, kita semakin suwung. Beradu punggung.

Ditulis oleh Xerena Heranata 

Komentar

Postingan Populer