𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗦𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴
Semalam suntuk, aku membaca kita dengan perlahan dan sungguh-sungguh, hingga seketika kedua mataku terantuk puisi paling awal sekaligus paling kikuk.
Betapa, dulu, taman bunga bisa meledak-ledak di dalam dadaku. Betapa, dulu, dinginku sangat ingin kau peluk erat-erat dan tak lepas-lepas.
Namun, siapa aku hingga bisa berharap seberani itu?! Bukankah semestinya aku setia saja dalam merawat jarak? Jarak yang, ternyata bukan seluas pulau atau lautan, melainkan sejauh perasaanku yang tak kunjung kau sambut...
...sampai sekarang.
Ditulis oleh Xerena Heranata
Komentar
Posting Komentar