𝗗𝘂𝗿𝗶

Tak ingin munafik
Kadang tangisku memang deras, karena pada satu waktu, lakon pecinta yang hidup sebatang kara bisa terasa begitu dingin dan mencekik. Ah! Tapi, toh semua itu, tak akan lama. Kesepian yang katanya sejahanam pembunuh, nyatanya cuma bisa nyala sementara.

Aku tahu, segalanya bakal segera seperti semula. Ialah, bibirku kembali melanjutkan takdir menjadi yang paling beku soal mengutarakan rasa. Dan batinku semakin kuat untuk tak memaksamu berbahagia dengan memilih hatiku untuk hidupmu selamanya. 

Sebab kau kusayangi dengan terlalu, Sayang, maka kau kubebaskan dari apapun, termasuk dari rindu-rindu yang sedari awal kupeluk sendiri; rindu-rindu yang, bagimu, bisa jadi malah berarti duri-duri.

Ditulis oleh Xerena Heranata  

Komentar

Postingan Populer