𝗧𝗲𝗿𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸, 𝗞𝗮𝘂.
Sore ini aku mengakui doa, yang diam diam aku panjatkan. Bukan tentang lupa, tapi ia berupa harapan. Semoga kelak kau melihat, aku juga pantas kau perjuangkan.
Meski aku mengerti, kau lebih ingin aku berhenti. Namun rasa aku yang miliki, aku pastikan kau tak merugi. Tidak hari ini, tidak pula nanti.
Aku putuskan menyelam sekali lagi, ah tidak ini bukan sekali, bukankah sudah keberapa kali aku memperjuangkan kita? Tak mengapa aku akan terus berbisik disepertiga malam. Karena aku tak bisa membiarkan diri tak tenggelam. Akan rasa hangat saat tawamu itu, walau tangisku tak kalah banyaknya karenamu.
Jangan bayangkan tentang luka, aku telah melampaui banyak luka, bahkan luka yang dengan gampangnya kau beri yang tanpa kamu sadari. Jika akhirnya Tuhan tak mengabulkan tentang kita, aku pastikan akan baik baik saja. Kau tetaplah bahagia, kamu hanya perlu ingat aku ada disini, terus mendoakanmu.
Maaf, terlepas dari luka dan kecewa yang membabatku habis-habisnya, sepertinya aku belum bisa menyerah
Tertanda,
Aku
Ditulis oleh Safiah Damayanti
Komentar
Posting Komentar